Puluhan Warga Yahukimo Dilaporkan Meninggal Karena Kelaparan

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia harus dapat terpenuhi kebutuhannya untuk dapat bertahan melanjutkan kehidupan.

Kebutuhan manusia dalam Teori hirarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow, menjelaskan tentang kebutuhan manusia dengan cara mengklasifikasikan kebutuhan dasar manusia dalam suatu hirarki. Menurut Maslow manusia akan terdorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling dibutuhkan sesuai dengan waktu, keadaan, dan pengalaman dirinya. Teori hirarki kebutuhan Maslow menggolongkan kebutuhan manusia menjadi lima kebutuhan dasar yang dijelaskan dalam bentuk piramida tingkatan yang dimulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, dimiliki dan cinta, harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Selanjutnya menurut teori Maslow, dijelaskan bahwa seseorang tidak akan dapat memenuhi kebutuhan semua kebutuhan apabila kebutuhan yang pertama belum terpenuhi, karena kebutuhan dasar atau kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling utama dari kebutuhan lain dan perlu untuk dipenuhi sebab apabila kebutuhan dasar tidak terpenuhi maka kebutuhan yang lain tidak dapat terpenuhi.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan primer untuk dapat memenuhi psikologis dan biologis manusia. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan akan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh. Kebutuhan ini tentunya harus terpenuhi untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Faktanya, dewasa ini masih sangat banyak permasalahan sosial yang terjadi karena masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Seperti halnya yang terjadi Provinsi Papua Pegunungan, yaitu terjadi kasus kematian warga karena kelaparan.

Apa yang terjadi di Yahukimo?

Pada tanggal 21 Oktober 2023, Pemerintah Daerah Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan menetapkan status tanggap darurat bencana di wilayahnya setelah 23 warga dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan. Kasus kematian akibat kelaparan ini bukan yang pertama di Papua. Pada bulan Agustus 2023, dilaporkan sekitar enam orang meninggal dunia karena kelaparan di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Kemudian pada tahun 2022, di Kabupaten Lanny Jaya, tiga orang dilaporkan meninggal dunia akibat wabah kelaparan, serta terdapat belasan kasus kelaparan yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Seorang warga sekaligus koordinator penanggulangan kelapan di Yahukimo, Naman Bayage menjelaskan sebanyak 23 warga, yang terdiri balita, anak-anak, hingga lansia dari 13 kampung meninggal dunia akibat kelaparan. “Penyebabnya terjadinya musibah kelaparan karena tiga bulan berturut-turut hujan. Hujan membuat gagal panen, akhirnya masyarakat meninggal karena lapar,“ kata Naman. Ia juga menjelaskan, korban meninggal telah terjadi sejak Agustus 2023 dan jumlah korban terbanyak pada Oktober 2023.

Sementara itu, Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, membantah terjadi bencana kelaparan yang terjadi di Yahukimo. Ia menyebutkan, puluhan warga meninggal dalam kurun waktu delapan bulan dan disebabkan oleh berbagai keluhan, seperti kelelahan hingga penyakit bawaan, bukan karena kelaparan.

Pengamat pertanian dari Universitas Papua, Mulyadi, mengatakan terdapat dua faktor penyebab kelaparan yang menyebabkan kematian terus terjadi di Papua, yaitu faktor alam dan non-alam. Faktor alam meliputi cuaca ekstrem di Yahukimo, yang menyebabkan makanan warga rusak hingga gagal panen. Kemudian untuk faktor non-alam disebabkan karena sistem pertanian di Papua yang tidak berkelanjutan, kondisi kesehatan masyarakat Papua yang rapuh, dan tingkat kemiskinan di Papua yang masih sangat tinggi.

Apa peran pemerintah?

Kementerian sosial menyebut telah menyalurkan bantuan bagi warga Yahukimo, yang mengalami bencana kelaparan akibat gagal panen dan bencana tanah longsor sejak 20-24 Oktober lalu. Bantuan yang diberikan berupa 2.000 paket makanan anak, 350 dus sarden, 1.250 kg beras premium, 4.000 lembar selimut, 848 dus mi instan, 200 lembar tenda gulung, dan ratusan pakaian. Kementerian Sosial juga mengatakan telah membentuk 36 lumbung sosial sepanjang tahun 2021 sampai tahun 2023 sebagai upaya untuk mengatasi bencana yang terjadi. Namun, warga merasa bantuan tersebut tidak sepenuhnya dibutuhkan oleh korban. “Mereka itu bukan pengungsi longsor, atau bencana apa. Karena ini murni musibah kelaparan. Jadi yang harus dibantu itu beras. Jadi yang siapkan tenda dan lain itu salah. Mereka punya rumah, dan lainnya semua lengkap, “ kata Naman yang merupakan warga Yahukimo. Ia juga menambahkan bahwa bencana ini bukan karna penembakan atau longsor, melainkan karena kelaparan akibat gagal panen.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menanggapi bencana yang dialami oleh warga Yahukimo dan akan siap membantu warga setempat. Suharyanto, kepala BNPB, menjelaskan selain bencana kelaparan akibat gagal panen, juga terjadi bencana longsor yang mengakibatkan sekitar 70 rumah masyarakat rusak ringan dan 30 lebih rumah rusak berat. “Kita siapkan beras 20 ton, makanan siap saji 10.000 paket, biskuit protein 10.000 bungkus, tenda pengungsi 5 unit , sembako 1.500 paket, hygiene kits 1.500 paket, solar panel 50 unit, dan anggaran operasional Rp1 miliar,” kata Kepala BNPB, Suharyanto.

Kesimpulan

Bencana kelaparan yang menyebabkan 23 warga meninggal di Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan  permasalahan sosial yang terjadi karena kebutuhan warga yang tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan fisiologis dalam hal ini kebutuhan biologis yang dijelaskan dalam teori hirarki kebutuhan Maslow.

Faktor penyebab kematian yang terjadi memang belum dapat dipastikan secara benar. Namun, apa pun penyebabnya, permasalahan ini harus segera mendapatkan uluran tangan dari pemerintah maupun masyarakat untuk dapat mengatasi penyebab bencana yang memakan korban.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top