Peran Ganda Perempuan Sebagai Seorang Ibu
Ditulis oleh Nadhiya Noberrya Mazitha (Ketua Umum Kohati Periode 1444-1445 H/2022-2023)
Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, seorang perempuan adalah seorang ibu. Istilah ibu diberikan pada perempuan yang telah menikah dan mempunyai anak. Pada era modern ini perempuan menghadapi dua tantangan yaitu dirinya sendiri berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam keluarga khususnya serta ilmu dan teknologi terutama bagi perempuan yang berperan ganda. Apalagi bila suami tidak berperan bahkan menjadi seorang yang harus diurus pula. Maka semakin sempurnalah tantangan yang harus dihadapi perempuan. Perempuan saat ini sudah banyak yang berpendidikan tinggi sehingga secara jujur harus diakui bahwa tantangan, tanggung jawab dan beban semakin berat. Padahal perempuan berpendidikan yang merelakan dirinya untuk rumah tangga itu tidak ternilai harganya. Mereka adalah ibu rumah tangga yang mampu menghasilkan anak-anak yang berakhlaq mulia. Hal ini jauh lebih mulia dibanding yang berpikir pada materi. Namun pada kenyataannya tidak semua wanita hidup bahagia dalam lingkungan rumah tangga. Maka belum tentu hal ini merupakan kodrat alami bagi perempuan.
Perempuan adalah jenis kelamin yang kerap kali mengalami beban ganda dalam kehidupannya. Beban ganda adalah beban pekerjaan yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin lebih banyak dari pada jenis kelamin yang lain. Salah satu jenis kelamin ini harus melakukan peran ganda yaitu peran domestik dan publik. Anggapan yang ada di masyarakat bahwa perempuan adalah sosok yang rajin, lemah lembut, suka merawat, senang menjaga kebersihan, dan punya sifat memelihara menjadikan perempuan diberikan tanggung jawab untuk mengerjakan urusan rumah tangga (domestik) seperti merawat anak dan suami, memasak, mencuci, menyapu, dan menjaga keindahan serta kerapihan di dalam rumah. Seorang perempuan yang telah menikah dan memiliki anak namun ikut bekerja untuk membantu suami mencari nafkah pada sektor publik akan tetapi beban domestiknya tidak berkurang maka tanggung jawab dari perempuan tersebut akan menjadi ganda.
Konsep peran baku dan peran ganda perempuan pada dasarnya jika dirunut bersumber dari satu paradigma yang sama yaitu pembedaan dikotomis antara ruang publik dan ruang domestik. Ruang publik dan domestik dipisahkan secara diametral. Konsep peran ganda yang semuka diharapkan dapat memberdayakan perempuan dalam perjalanannya justru seringkali menimbulkan banyak kebingungan. ini terjadi karena paradigma yang dipakai masih belum bisa melepaskan diri dari corak berpikir dikotomis. Jika pada akhirnya keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor dipilah-pilah berdasarkan kategori peran ganda maka tidak mustahil hal ini akan melahirkan mentalitas dikotomis. Pemilahan seperti ini akan melahirkan kepribadian terpecah (split personality) dan tentu akan menjadi masalah besar dan sangat kontraproduktif terhadap kemandirian perempuan itu sendiri. Perempuan seharusnya dibiarkan menjadi dirinya sendiri di manapun ia berada, tanpa harus terkotak-kotakkan pada ruang publik atau domestik.
Peran dan tanggung jawab yang besar pada seorang perempuan apabila tidak diseimbangkan dengan baik maka akan berpengaruh pada kondisi psikologisnya. Seorang ibu yang memilih untuk bekerja memiliki alasan yang berbeda-beda, mulai dari memenuhi kebutuhan ekonomi hingga mencapai aktualisasi diri. Keputusan untuk menjadi ibu dengan beban ganda pastinya akan menimbulkan konsekuensi tertentu yang akan dihadapi baik konsekuensi fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang bekerja juga mengaku mengalami dampak psikologis berupa ketegangan emosi, frustrasi, bahkan kecemasan di masa awal menjalankan peran ganda. Seiring berjalannya waktu, seorang ibu yang bekerja mulai mengikuti ritme dan merasa sudah bisa menyesuaikan diri dengan peran yang dijalankan. Beban ganda sebenarnya tidak akan menjadi sebuah masalah atau suatu bentuk ketidakadilan gender selama tugas domestik yang dijalankan oleh istri dapat dibagi secara seimbang dengan suami.
Seorang perempuan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan sebuah keluarga. Keberhasilan masa depan suatu keluarga dalam membentuk sebuah rumah tangga yang sejahtera tidak lepas dari peran seorang ibu yang begitu besar. Peran ibu itu antara lain membimbing dan mendidik anak, mendampingi suami, membantu pekerjaan suami bahkan bisa jadi menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Fungsi peran yang dikerjakan beberapa perempuan merujuk kepada sebuah keniscayaan keberadaan peran ganda seorang perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Persoalan domestik dan peran ganda perempuan, seringkali menjadi problem yang dilematis, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai perempuan karir. Padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu terjadi bila perempuan tersebut benar –benar menghayati tugas dan kewajibannya sebagai isteri, sebagai ibu rumah tangga dan perannya sebagai perempuan karir.
Referensi :
Arif ZZ. Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga Pespektif Feminis Muslim Indonesia. Indonesian Journal of Islamic Law. 2019 ; 1(2) : 97-126
Indriani D, Sugiasih I. DUKUNGAN SOSIAL DAN KONFLIK PERAN GANDA TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWATI PT. SC ENTERPRISES SEMARANG. Proyeksi. 2016 ; 11 (1) : 46 – 54
Putri YA, Rahmawati I. Mengungkap Beban Ganda pada Ibu di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Konferensi Nasional Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia. 2021 ; 1(1)